Saturday, February 27, 2010

berapa kali kah dalam sehari anda berlaku tidak benar?
seberapa sucikah anda dalam hidup anda?
bila dosa adalah paku yang menancap dalam tubuh anda, berapa banyakkah paku yang menutupi badan anda?
coba renungkan itu


saya tidak berhak bicara apapun tentang agama, karena saya mungkin tidak lebih tau dari anda semua. saya bukanlah hamba tuhan yang sempurna, apalagi pemuka agama, karenanya saya tidak berhak bicara sedikit pun tentang kalimat kalimat tuhan yang suci.

hanya saja, kejadian kecil di sekitar saya menggelitik iman dan taqwa saya.

hari itu, kami berkumpul, khas anak muda, ketika seberkas soal yang haram ada di tangan kami semua. ya soal ini adalah soal yang akan ditanyakan ketika tes. bukan hal yang aneh bila ini terjadi di sekolah lain, maupun tempat lain di dunia ini. hanya saja, karena ini ada disini, disekolah kami yang begitu sucinya hingga menutup mata atas kebocoran iman di dalam pemerintahannya sendiri, sebuah soal yang melanglang buana di kalangan siswa adalah sebuah dosa.

bagi kami yang mendapatkannya. tentu kami adalah orang berilmu. kami tidak semata-mata dengan piiran pendeknya menghafal jawaban itu. malah cenderung soal itu kami anggap sebagai 'oh cukup tahu saja'. kami yang merasa cukup pandai pun menilai soal tersebut cukup mudah, gampang untuk di kerjakan tanpa harus menghafal jawaban.

masalah datang ketika orang-orang lain merasa begitu naifnya atas soal ini. mencuatlah akhirnya soal ini ke permukaan. sebuah masalah kecil yang akhirnya menjadi besar, dan menjadi fenomena hanya akibat perbedaan persepsi. betapa persepsi lah yang menjadi sutradara kehidupan manusia. ya, memang ada beberapa diantara mereka yang memegang soal, tidak berperilaku sebagaimana telah dipaparkan. mereka ini adalah golongan orang-orang yang menutup mata mereka dari pengetahuan, dan memilih cara mudah dengan hanya memasukkan ilmu mengeja (dengan kata lain menghafal aabcdecda,....).

saya, yang berada ditengah, sebagai orang yang memegang soal, namun mengerjakan sesuai kemampuan saya merasa tidak ada satupun dari mereka yang benar. dan tidak juga membenarkan perilaku saya sendiri. saya salah, karena ini semua tidak baik bila dibiasakan. cukup tahu saja pun berarti saya sudah tau. dan saya salah karena melakukan apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan, meskipun tuhan maha tahu niat-niat umatnya.

saya juga tidak setuju dengan mereka yang mengadukan hal ini kepada pemerintahan yang sedang menjabat di sekolah. alangkah baiknya bila masalah kecil ini diselesaikan oleh kami, dan kita, sebagai anak yang baru beranjak dewasa. anggaplah ini sebuah masalah untuk menguji kedewasaan kita. betapa culunnya bila sedikit sedikit kita menggantungkan diri pada orang yang memang sudah dewasa. lagipula, mengadu tidak menyelesaikan masalah. orang dewasa itu lebih dewasa daripada kita, tanpa diadukan, mereka tidak buta untuk tidak mengetahui apa yang sedang terjadi.

saya lebih tidak setuju lagi pada mereka yang mengecam orang-orang yang mengadu, dan juga pada mereka yang tadi telah saya bilang, menutup mata mereka dari ilmu, dan hanya memilih latihan mengeja. yang bahkan, sepupu saya di playgroup pun sudah bisa. kalau hanya ingin mengeja, tak usah buang-buang waktu sekolah nak. lebih enak bila kalian main, clubbing, belanja dan bersenang-senang. tidak ada yang masalah kok dengan itu.

dan saya lebih lebih lebih tidak setuju lagi pada mereka yang munafik, mengingkari hati mereka sendiri. mengingkari keinginan diri sendiri. bahkan ada juga yang sampai hati bilang 'yaelah ini try out, ngapain sih pake ginian, kalo uan baru lo pake buat nunjukin hasil maksimum (100)' ya tuhan, sebagai hambamu yang tidak cukup beriman pun, nurani saya menolak ungkapan ini. justsu ketika istilahnya 'ujian main-main' atau try out ini lah lo mau main main boleh. tapi ketika uan, ujian yang sesungguhnya, lo pake tuh otak yang udah tuhan lo pake, biar nyokap bokap lo bangga ngambil ijazah lo yang berisikan nilai halal lo, bukan nilai haram. kalo mau ngasal ya di try out, karena toh ga ada yang peduli dengan nilai try out, kalo uan lo kayak gitu, gue tanyakan kembali siapa yang sebenarnya nista itu? itu yang ada di benak saya saat itu.

tuhan maha tahu niatan umatnya. dari kejadian kecil yang membesar ini, saya berharap saya dan lingkungan saya belajar melalui kejadian ini.

semoga tuhan mau memaafkan kesalahan saya, dan menyadarkan kita semua bahwa memang hidup bukan sekedar hitam dan putih.

only in littlest world, today